Sunday, March 15, 2009

Sejarah Singkat Forum Fotografi Bandung

Satu komunitas yang didirikan bersama, selain akibat sering kongkow bareng di sebuah suplier fotografi di jalan Braga, Bandung, juga karena kegelisahan yang sama. Sama-sama merindukan ekspresi dalam bingkai seni fotografi. Sebuah alternatif berkesenian “perlawanan nan nyeleneh” yang kemudian dibungkus dalam Forum Fotografi Bandung. Berdiri semenjak 1986.

Bila menengok tonggak sejarah fotografi di Bandung, pastilah menunjuk PAF, dilahirkan oleh Charles Prosper Wolff Schoemaker pada tahun 1920, dan dibesarkan oleh nama-nama hebat pula. Katakanlah, Soelarko, K.C. Limarga, Husein Tanzil, Leonardi, Dayat Ratman, Setiady Tanzil, Wismanto dan lain sebagainya. Seperti isyarat Deandles ketika menancapkan tongkatnya, dan berkata “Sorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun. Tidak seperti Forum Fotografi Bandung (FFB) yang hendak tidak menancapkan apa-apa, pada awalnya. Tetapi pada akhirnya, sangat layak untuk ditorehkan dalam catatan singkat perjalanaan sejarah fotografi Bandung.

Kongkow-kongkow. Bermuara di sebuah toko tua, suplier alat-alat fotografi di jalan Braga, kala itu bernama Toko Niaga, kini berganti manajemen, menjadi Kamal photo. Dari toko inilah yang sering menjadi tempat pemberhentian sementara, selain sekedar “halte” kala menunggu cetakan foto selesai di Pasific Photo (Sebelah Niaga) juga update informasi teknologi fotografi, kamera, lensa dan film terbaru, juga lambat laun terbentuk menjadi ajang diskusi tidak resmi. Membahas teknologi jenis film terbaru, hingga membahas karya.

Tersebutlah Jirman D. Martha, Ray Bachtiar, Hari “Pochang” Krishnadi, Sjuaibun Iljas, Iwan Sulaiman, Eko Nugroho, Herman Efendi, Iwan Ocay, Saud Hutabarat, Ohan Mahria, Dwi Dharma Yoga, Andar Manik, Marintan Sirait, Yani Dzelug, Yayat Rusmana, Husni Agus, Dadan Hendana, Zaza Fauza, Gino Francohadi dan Donny Rachmansyah (mohon dikoreksi bila belum ada yang disebut) dan bergabung pula ekspatriat (karyawan asing PT. Nurtanio) penggemar fotografi dari Spanyol, Inggris dan Prancis; Dominggo Ballaguer, Niegel, Arnaud Grandgullote. Sebagai tuan rumah, pemilik toko foto Niaga, Ko Ekam, tidak segan-segan memberikan dukungan, diantaranya seringnya membagikan film gratis atau filter Polarizer, sebagai tanda dukungan moral kepada komunitas ini.

Bermodal antusias, maka pada tanggal 3 Januari 1986, gerakan moral ini dikukuhkan menjadi sebuah wadah bersama, sebuah forum komunikasi fotografi, dinamai Forum Fotografi Bandung, di tempat Centre Point (Toko Sepatu Import) jalan Braga Bandung, tempat pertemuan awal terbentuknya FFB, lebih tepatnya tempat tinggal Iwan “Bule” Suherman, yang kelak terpilih menjadi sekretaris umum. Pertemuan selanjutnya dilakukan pula dikediaman Jirman D. Martha, jalan Otista No. 469 Bandung.

Dari pertemuan tersebut, tersusunlah pengurusan baru FFB, sebagai berikut; Penasehat Prof. DR. Komar Kantaatmadja SH. LLM (Alm), Drs. AD. Pirous, Ketua Umum Jirman D. Martha, Ketua I Drs. Ohan Mahria, Ketua II Harry “Pochang” Krishnadi, Sekretaris Umum Drs. Iwan H. Sulaiman, Sekretaris I Sjuaibun Iljas, Sekretaris II Dra Fauwza Armodirono, Bendahara Iwan Rustiawan, Bendahara I Tiarma Dame Ruth Sirait, Bendahara II Maryoko Hadi, Pendidikan Drs. Donny Rachmansyah & Andar Manik, Kegiatan luar Drs. Dadan Hendana dan Bulletin Dra. Lola Shirin dan Hilda Winar.

Forumers! Inilah sebutan bagi anggota FFB. Selain mengadakan petemuan rutin dua mingguan, membahas karya, wacana dan teknis, juga mengadakan hunting bareng. Beberapa model yang pernah bersentuhan dengan forumers adalah Farina, Shanti, Keke Harun dan Ifa. Pergumulan para forumers tidak terbatas disini saja. Terhitung, semenjak terbentuknya FFB, telah tiga kali mengadakan dua kali pameran bersama, satu kali event seminar, partisipasi pameran dan workshop bersama. Ditahun pertama ini begabung pula beberapa forumers baru, dengan cara metode referensi, minimal dari dua orang anggota FFB yang telah terdaftar. Diantaranya bergabungnya Krisna “Cheese” Satmoko, Gerald Adhi, Zaza Fauza, Meiki Prasetyo, Syarief “Bewok” Hidayat, Andre Walker, Isma, Ricky Rukmantara dll.

Ideologi! “Sekelompok anak muda yang memiliki obesesi ini tanpa disadari telah memberi bentuk dan karakteristik kepada kelompok ini, yang senantiasa menjelajahi berbagai kemungkinan yang terpendam dalam dunia fotografi. Paling tidak mencoba memperluas wawasan bahwa fotografi bukan hanya “salon” yang selama berpuluh –puluh tahun bergaung di Indonesia, tanpa meninggalkan kaidah-kaidah fotografi” demikian cukilan dari pengantar di seminar di Seminar dan Workshop Fotografi; Sebagai penunjang bisnis di Indonesia, 7-8 Desember 1990. FFB ini mewadahi ekspresi fotografi, mulai dari kreasi montase fotografi-grafis, karya “nakal”, hingga instalasi foto yang disajikan Ray Bachtiar Drajat. Bisa dikatakan bahwa, FFB ini menawarkan wacana “alternatif” yang belum tentu diterima pakem yang berlaku saat itu. FFB, berusaha “memberikan” tawaran baru cara mengapresiasi fotografi keluar dari kungkungan salonis pada masa itu. Menurut Jirman D. Martha, FFB lahir bukan berupaya menyaingi “klub fotografi” tertua di Indonesia, tetapi turut melengkapi khasanah fotografi Nasional.

Gerakan pembaharu. Debut FFB pertama adalah menggelar pameran bersama “Pameran Foto Alternatif” tahun 1986 di CCF Bandung. Terhitung hampir 100 buah karya forumers yang dipamerkan, termasuk karya kontroversial Ray Bachtiar Drajat, yang mengundang perhatian khusus dari Soelarko. Dilanjutkan tahun berikutnya, 1987, tiga forumers terpilih mengikuti International Woman Photography Exhebition di Eropa. Tahun 1988, untuk kedua kalinya, menggelar pameran fotografi bersama “Pameran Foto Forum Ekspresi” dilaksanakan didua tempat, dengan waktu berbeda; CCF jalan Purnawarman dan gedung PWI jalan Asia-Afrika Bandung. Tahun 1989 bekerja sama dengan Goethe Institute dan Aliance France menyelenggarakan diskusi dan presentasi karya fotografer Jerman. 1989, Lomba foto model CLS dan Lomba foto Ino Fiesta di Bandung. Masih pada tahun yang sama, mengikuti pameran International Photo Fair di Jakarta. 1990, support diskusi bersama Darwis Triadi di Bandung, tahun yang sama, berpameran “Pameran Tunggal’ anggota Forum di Depdikbud Jakarta. 1990, mengadakan Seminar dan Workshop fotografi selama dua hari di Bandung.

Pergulatan eksistensi. Begitulah antusias besar ini, akhirnya disimpulkan dipenghujung tahun 1994! Torehan besar yang direkam dalam catatan sejarah fotografi Indonesia “Indonesia Photographers Gathering” event pertama kali di Indonesia, yang merangkul para antusias fotografi se-Indonesia. Ini adalah puncak semangat forumers, dalam visinya, melebarkan sayap apresiasi fotografi di Indonesia.

Tercatat, hampir seribu orang lebih memadati acara ini; workshop, seminar dan lomba foto. Dibuka secara khusus oleh seorang antusias fotografi, Harmoko, saat itu sebagai Menteri Penerangan saat itu, dan dihadiri pula oleh Alm. Leo Nardi, Back Tohir (Sekretariat negara), Ed Zoelverdi (Jurnalis) Kayus Mulya, Edwin Rahardjo, Darwis Triadi, Ferry Ardianto, Yudhi Suryoarmodjo, Oscar Motuloh (GFJA) B. Boediardjo selaku ketua FPSI. Kehadiran pa Boedi, merupakan “islah” pergulatan panjang pengakuan FFB di dalam struktur FPSI, meskipun untuk beberapa forumers, termasuk bagian FPSI tidak menjadi agenda penting.

Seiring dengan perjalanan waktu, lambat laun forum ini berkurang intensitas pertemuannya. Terhitung awal tahun 1990-an, aktifitas forum ini semakin meredup, karena kesibukan anggotanya masing-masing. Beberapa kali usaha regenerasi telah dilakukan, pada akhirnya upaya tersebut tiba dijalan buntu. Satu catatan kecil yang bisa ditulis; bahwa FFB telah melangkah jauh dari masanya, menawarkan ideologi kritis, bahwa fotografi tidak melulu bahasa teknis, tetapi menerawang mempersoalkan, dibalik foto itu sendiri! (Deni Sugandi)

Sumber: Wawancara dengan Jirman D. Martha, Dharma Yoga dan Sjuaibun Iljas. Booklet FFB Seminar dan Workshop Fotografi Sebagai Penunjang Bisnis di Indonesia (7-8 Desember 1990)

No comments: