Monday, March 2, 2009

Alih Rupa Visual dari Revolusi Bolsevik hingga Sandra Dewi

Disampaikan untuk Seminar di Pameran Foto Bersama SPEKTRUM UNPAD, Gedung PWI Jalan Asia-Afrika Bandung, 17 Mei 2008

Masih ingatkah, atau pasti pernah mendengar atau melihat sebuah foto yang menghebohkan kancah politik nasional? Gus Dur berfoto bersama dengan seorang wanita muda, dengan posisi bukan layaknya bapak kepada anaknya? Pastilah sudah pernah melihat. Atau seorang pesohor pelakon sinetron Dewi Sandra, dengan berkaca-kaca mengatakan di depan media Newstaintment, bahwa foto dirinya yang terpampang, dan bisa diunduh secara bebas di internet, adalah bukan tubuh moleknya. Atau satu lagi, bantahan keras, sama juga, seorang pelakon sinetron, wanita cantik jelita tetapi sudah almarhumah kini, mengatakan bahwa foto intimnya dengan penembang lagu dan front man grup band terkenal, adalah bukan dirinya yang sebenarnya. Semuanya adalah REKAYASA belaka! (Istilah yang saya pinjam dari tokoh Telematika terkenal, Roy Suryo) “ Apa kata dunia” begitulah kalau Naga Bonar di beri kesempatan mengomentari.

Seorang suami, jelas sangat tega, menusuk istrinya berkali-kali hingga mati! (sumber koran Kompas Mei 2008.Red) bukan karena kesulitan ekonomi, seperti yang sering digaung-gaungkan oleh media, tetapi karena masalah sepele. Foto berdua suami istri yang bersangkutan, tanpa ada niat buruk, hanya untuk ide menggelitik, mengganti wajah suami difoto tersebut oleh mantan pacar istrinya, istrinya lah yang melakukannya dengan bantuan seorang “Ahli rekayasa” (sekali lagi saya pinjam istilah Roy Suryo) kemudian foto tersebut di simpan di dompetnya. Akhir cerita sudah pasti mudah disimpulkan, cemburu membakar nalar.

Itu baru terjadi di dalam negeri, kembali masa revolusi Bolsevik di Rusia. Ingat Lenin, orang barat pro Amerika selalu mengolok-olok nama lengkapnya aneh. (Begitluh barat menyikapai revolusi komunis Rusia) ketika berpidato, 5 Mei 1920, untuk membakar semangat kaum proletar, dan pasukan bersenjatanya yang masih loyal, tampat Leon Trotsky dan Lev Kamanev di depan barisan. Tetapi pada babak politik selanjutnya, kedua tokoh politik ini bersebrangan paham denga Lenin, hingga pihak sensor menghapusnya dari foto tersebut.

Bagaiman bila alih rupa visual foto bisa hadir di media masa? Percaya atau tidak, National Geographic Magazine, notabenenya mengharamkan edit alih rupa, ternyata pernah melakukannya! Tengok kaver Februari 1982. Di majalah ini, kulit muka artikel tentang Mesir, tampaklah karya foto senior fotografer NG, Gordon Gahen bergambar Piramid Giza, diedit dengan cara di tarik horinsontal ke dalam, agar cocok dengan format majalah yang vertikal. Tom Kennedy, Director of Photography di NG mengatakan komentarnya, ketika foto tersebut telah di alih rupa “Kini, kami tidak lagi menggunakan teknologi apapun, dengan tujuan memanipulasi element foto agar bisa tampil menarik secara grafis. Ini adalah kesalahan yang sangat fatal, dan kini kami tidak akan mengulanginya lagi”

Pada bulan Agustus 2006, Adnan Hajj meliput pemboman tentara Istrael terhadap penduduk Libanon. Foto ini dimuat di jaringan Reuters News Agency. Beberapa hari kemudian foto tesebut dibahas di beberapa blog dan news agency besar lainya, ternyata foto tersebut telah di alih rupa digital; dengan menambahi asap hasil pemboman, untuk mendapatkan efek dramatis. Reuters mengambil sikap; mencoret nama Adnan Hajj, dan menghapus lebih dari 1000 fotonya di server Reuters.

Alih rupa, atau tampered dalam bahasa Ingris berarti “To try to corrupt or influence somebody or affect the outcome of something (Microsoft Encarta Student, 2007) terjemahan bebasnya dalam konteks fotografi kurang lebih seperti ini “Usaha-usaha alih rupa (Image) untuk memberikan makna (tersirat/visual) lain, sesuai dengan kepentingan bersangkutan” Kemudian sejak kapan istilah itu diyakini ada? Kenapa? Jawabanya tentunya untuk melindungi kepentingan karir individu, kelompok, partai malahan untuk membuat opini persepsi komunikasi visual sebuah negara! Tidak percaya?

Pada masa kejayaan partai komunis Cina, mereka pernah melakukan alih rupa foto melalui lembaga sensornya. Pada Sepetember 1976, saat upacara pemakaman MaoTse-tong, tampak “Gang of Four” lawan politik Mao, telah dihapus dari foto. Tujuannya demi keamanan nasional kala itu.

Lain dulu lain sekarang, teknologi digital imaging bisa mengupayakan alih rupa tampil sangat meyakinkan, menipu mata. Bagi mata tidak terlatih, sebuah gambar alih rupa bisa menjadi bahan referensi-nya untuk membuat penilaian, ingat suami menmbunuh istrinya gara gara foto berduanya di alih rupa digital? Atau bisa lebih mengerikan lagi? Lantas bagaiman kita harus bersikap? Mana harus kita percayai? Adakah pilihan lain? Begitu dahsayatkah persepsi di dijungkirbalikan dengan teknik alih rupa digital terhadap cara pangdang masyaraktanya?

Jadinya, sebuah visual bisa membuat teror (Deni Sugandi)

No comments: