Sunday, March 1, 2009

Pameran foto 10rebuan, MURI gtoloh.

Pengumuman!!!! Revisi
Untuk pameran fotografi akan ada revisi ulang dari beberapa acara.

Informasi lebih lanjut silahkan kirim komen atau email (ppaf3_2009@yahoo.co.id),kemudian akan kami kirim sejumlah acara yang telah direvisi ulang. Mohon maklum untuk rekan semuanya!!!
(di ambil dari thread komunitas FN, http://www.fotografer.net/isi/forum/topik.php?id=3194043324)


Salam erat, sahabat fotogarfia!

Menanggapi serba 10ribu, saya jadi "getek" tergelitik dengan istilah pemecahan rekor. tahun lalu, sudah tercapai lebih dari seribu foto berhasil dicapai PAF-TITAN-SERUNI pada Indonesia Photoweek desember, 2007, di Bragacity Walk. Kini kemudian ditawarkan oleh temen temen dari LISMA Fotografi UNPAS, yang nota benenya adalah agent of change! mahasiswa adalah agen perubahan, bagi masyarakat disekitarnya.

Melihat keinginan tersebut, tentunya saya tidak bisa melarang, karena itu adalah wilayah "eksistensi" temen temen di LISMA. yang bisa saya terharukan adalah kesedihan dan keprihatinan saya atas keinginan cara "eksis" nya. langkah dangkal tersebut (mohon maaf bila tersinggung) tidak membuahkan apa-apa, selain secarik surat pengesahan "hebat anda lulus sebagai pemecah rekor MURI" dengan demikian, konten fotogarfi tidak berbunyi.

Kembali, menempatkan fotografi sebagai pilihan cara eksistensi seperti itu rasanya sangat kurang tepat. jadi karya visual tersebut sama dengan karya dekoratif, tidak lebih tidak kurang. pemerkosaan seperti ini sangat disayangkan datang dari kampus, yang sekali lagi, maaf, nota benenya calon para cendikiawan. Fotografi seharusnya bisa membawa pemahaman baru dan mengusung informasi kegelisahan dari dunia kampus, bukan berarti dicetak ribuan, kemudian dibungkam menjadi karya kolektif yang narsistik, MURI gitu loh.

Alkisah, harian umum Kompas, pernah memuat sebuah foto pada Mei 1998, seorang mahasiswi terkapar, tanpa teks penegas, apakah ia mati atau tidak. Sebuah jepretan karya Julian Sihombing, pewarta foto Kompas. Dari foto inilah, diyakini Mei kelabu tercetus! Membuat seorang dikatator kuat, semacam Soeharto bisa takluk. Jelas foto telah membawa perubahan, menyampaikan sebuah pesan, kemudian diterjemahkan menjadi kekuatan sosial. Begitu pula, sebuah karya foto monumental Alberto Kordas! Karena fotonya, Che Guevara di tasbihkan menjadi seorang martir, hingga kini menjadi budaya perlawanan populis.

Kembali menempatkan fotografi bentuk dekoratif sebagai kepentingan untuk meraih rekor 10 ribuan MURI, dan demi selembar kertas sertifikat, pertanyaan saya adalah “..terus apa?” Ketika terjadi, berarti “Kematian fotografi” sedang dimulai. Semoga prihatin. (Deni Sugandi)

1 comment:

siSandi said...

hahahhahahahahhaa.....
inimah dah mendarah daging bos. konstruksinya terlalu kuat tentang ini dan kita yang sadar akan ini susah untuk mengkostruksi kembali,,,

harus ada pematahan generasi...