Wednesday, March 3, 2010

ARTEFAK FOTO STUDIO LIVELY

Ibarat kacang yang tidak ingin lupa dengan kulitnya, museum foto yang digagas oleh generasi ke-tiga dari keluarga besar Djauw, H. Djuhari adalah bukti Toko Potret Seni Abadi turut pula mendokumentasikan perjalanan panjang masyarakat kota Bandung dari tahun 1948.

Lahir dari semangat gejolak kemerdekaan republik ini, Djauw Soe Jan dan istri, Tjin Sin Yoe, mendirikan usaha jasa cetak dan studio pas foto di Bandung. Lokasi yang sangat strategis di dalam kota Bandung, turut pula menentukan perjalanan usaha. Dalam catatan sejarah, dua tahun sebelumnya, Bandung dalam keadaan bumi hangus, palagan pertempuran melawan agresi militer Belanda pertama, 24 Maret 1946. Setelah perang usai, berangkat dari keadaan belum menentu, pasangan suami istri ini melihat peluang usaha; jasa pas foto dan studio foto weding modern pada masa itu. Tahun 1948, Toko Potret Lively hadir, di jalan Merdeka nomor 10 Bandung. Manajemen usaha ini dijalankan oleh keluarga besar Djauw.

Pada mulanya, jasa foto yang ditawarkan adalah menerima pas foto langsung hitam putih. Pengembangan bisnis berikutnya adalah membuka layanan studio foto. Pada masa itu, studio foto belum banyak. Seiring perjalanan usahanya dan kondisi politik pada masa itu, melalui Peraturan Presiden nomor 10 tahun 1959, satu tahun kemudian Toko Potret Lively berganti nama menjadi Toko Potret Seni Abadi. Memasuki negatif foto warna di kota Bandung, tahun 1970-an awal, tampuk kepemimpinan Seni Abadi diserahkan kepada generasi kedua, yaitu J. Jauhari. Dari titik inilah, usaha jasa foto ini memperlihatkan kemajuan. Layanan studio untuk pemotretan portrait, menjadi andalan usahanya. Tidak kurang dari empat tahun, usahanya berkembang pesat.

Dalam kurun waktu 1983 hingga 1985, Toko Potret Seni Abadi telah memiliki tiga cabang di daerah, Seni Abadi II jalan Pasirkaliki 147 Bandung, Tasikmalaya dan Cianjur. Semua cabang tersebut dijalankan dalam satu manajemen yang masih terikat dengan kekerabatan. Beberapa tahun kemudian, membuka cabang baru di Sumedang jalan Mayor Abdurachman nomor 26, tahun 1991.

Kini Seni Abadi telah menempati bangunan yang baru, di jalan Wastukencana nomor 87 Bandung. Ibarat kacang yang tidak ingin melupakan kulitnya, satu sudut ruangan luar digunakan untuk memajang kamera otentik, yang digunakan pada awal generasi usaha ini berdiri. Sesuai tuntutan jaman, bentuk layanannya pun bervariasi, selain menerima foto studio, juga mengadaptasi sistem pemasaran one stop shoping. Meskipun bukan hal yang baru di Bandung, Seni Abadi masih ingin tetap abadi, semenjak 1948. (denisugandi@gmail.com)

*Ditulis dalam rangka menyikapi bandung berusia 200 tahun

Sumber: L. Christiane